UJIAN AKHIR SEMESTER MANAJEMEN KANTOR 2
PEMANFAATAN TEKNOLOGI
INFORMASI
DALAM PROSES PENGAWASAN
KINERJA PEGAWAI DI KANTOR
Makalah
ini diajukan untuk memenuhi syarat penilaian Ujian Akhir Semester (UAS) Dalam
Mata Kuliah Manajemen Kantor 2
Dosen
Pembimbing: Sholihati Amalia, S.Sos., M.Pd.
Disusun
oleh
Anida Nur
Azizah
NIM
155211034
PROGRAM STUDI D III
ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN
ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis panjatkan puji dan syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Manajemen
Kantor.
Adapun
makalah Manajemen Kantor ini telah penulis usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritik dari pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki
makalah Manajemen
Kantor.
Akhir kata
penulis mengharapkan semoga dari makalah Manajemen Kantor ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap
pembaca.
Bandung, Juni
2017
Penulis
ABSTRACT
Office supervision is one factor
that can improve the quality and quantity of employee performance. The need to
achieve the objectives of organizational activities that are honest and fair
and in accordance with the planned arrangements, then required an accurate and
precise monitoring process. The development of information technology today has
a positive impact in the process of supervision, especially supervision of the
performance of employees in the office. Use of Information Technology can
provide accurate results and streamline employee performance time. This paper
focuses on the process of monitoring employee performance through the
utilization of information technology with various methodologies that can be
applied according to the needs of each organization.
Keywords: Office Supervision, Employee Performance Monitoring, Information
Technology
ABSTRAK
Pengawasan kantor merupakan salah satu faktor yang
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerja pegawai. Kebutuhan untuk
mencapai tujuan kegiatan organisasi yang jujur dan adil serta sesuai dengan
penyelenggaraan yang telah direncanakan, maka dibutuhkan proses pengawasan yang
akurat dan tepat. Perkembangan teknologi informasi dewasa ini memberikan dampak
positif dalam proses pengawasan, khususnya pengawasan kinerja pegawai di
kantor. Penggunaan Teknologi Informasi dapat memberikan hasil yang akurat dan
mengefektifkan waktu kinerja pegawai. Makalah ini berfokus pada proses
pengawasan kinerja pegawai melalui pemanfaatan teknologi informasi dengan
berbagai metodologi yang dapat diterapkan sesuai kebutuhan dari masing-masing
organisasi.
Keywords: Pengawasan Kantor, Pengawasan Kinerja Pegawai, Teknologi
Informasi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ABSTRACT
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Manfaat dan Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Kantor Modern
2.1.1 Manajemen Kantor
2.1.2 Manajemen Modern
2.2 Teknologi Informasi
2.3 Manfaat Teknologi Informasi
2.4 Pengawasan Kinerja Pegawai
2.4.1 Proses Pengawasan
2.5 Metoda-Metoda Dalam Proses
Pengawasan
2.5.1 Pengawasan Kualitas
2.5.2 Pengawasan Kuantitas
2.5.3 Pengawasan Alternatif
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengawasan
adalah kegiatan-kegiatan
untuk meyakinkan dan mejamin bahwa tugas atau pekerjaan kantor telah dilakukan sesuai
dengan rencana dan
penyelenggaraan yang telah di tetapkan. Dalam hal ini
pengawasan dapat menjadi acuan dalam memberikan penilaian terhadap pekerjaan
seseorang dalam sebuah organisasi. Pengawasan dalam sebuah organisasi sangatlah penting dalam proses
mencapai tujuan organisasi. Salah
satu dari lima fungsi dasar manajemen adalah kontrol atau pengawasan. Berfungsi
memastikan apakah aktivitas yang dilakukan karyawan sesuai dengan hasil yang
diinginkan atau belum, dan jika belum,
penting bagi organisasi untuk meninjau kembali pekerjaan tersebut. Dalam proses pengawasan banyak sekali cara untuk melaksanakannya salah
satunya adalah dengan pemanfatan Teknologi Informasi.
Pada saat
ini Teknologi informasi memiliki peran yang signifikan dalam Manajemen
Kantor. Hal ini dibuktikan dengan
semakin mudahnya pengelolaan
arsip, semakin mudahnya akses informasi dari satu titik ke
titik lainnya. Tentu saja
peran dari sumber daya manusia yang dioptimalkan dapat memberikan kontribusi
yang signifikan dalam pemanfaatan Teknologi Informasi di lingkungan manajemen
perkantoran.
Pada era teknologi modern
ini penggunaan teknologi dalam proses pengawasan sangatlah penting.
Terkhususnya dalam proses pengawasan kantor. Penggunaan teknologi informasi dapat
mempermudah dalam proses pengawasan kantor sehingga kegiatan-kegiatan kantor
dapat terlaksana sesuai dengan penyelenggaraan dan dapat mencapai tujuan yang
sudah direncanakan. Pada zaman modern ini banyak sekali perusahaan atau pun
organisasi yang menggunakan sistem informasi berbasis teknologi modern dalam
proses pengawasannya contohnya adalah penggunaan Finger Print dalam absesnsi pegawai.
Terkait mengenai perkembangan teknologi informasi,
pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2001 mengenai Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di
Indonesia kepada para menteri, kepala LPND, pimpinan kesekretariatan lembaga
tertinggi dan tinggi negara, panglima TNI, kepala POLRI, Jaksa Agung RI,
Gubernur Bupati/Walikota. Tujuannya agar pemerintahan di pusat dan di daerah
dapat mengimplementasikan TI dalam manajemen pemerintahan sehingga manajemen
perkantoran ini dapat dioptimalkan pelaksanaannya.
Pengaplikasian TI dalam manajemen perkantoran dapat meberikan mafaat yang besar
dalam proses pengawasan kantor sehingga terwujudnya pelaksanaan kantor yang
sesuai dengan penyelenggaraan dan tercapainya tujuan dari organisasi atau
perusahaan itu sendiri. Contoh kasus, seorang supervisor tidak perlu
mengawasi pegawainya secara langsung selama 24 jam Karena supervisor dapat
menggunakan CCTV untuk melihat dan menilai kinerja pegawainya apakah sesuai
dengan peraturan atau tidak. Pengawasan pegawai dalam kehadiran tidak perlu
dilakukan secara manual karena dengan menggunakan Finger Print dan CCTV dapat terekam mengenai jam hadir dari pegawai
dan data yang dihasilkan sangat akurat karena sulit untuk dimanipulasi. Dengan
kata lain, penggunaan Finger Print dan CCTV dapat meningkatkan kedisiplinan
pegawai.
Dilihat dari sisi pembiayaan,
penggunaan Teknologi Informasi memerlukan biaya yang tinggi pada awalnya dengan
pemeliharaan jaringan yang efisien. Dibandingakan dengan manajemen konvensional
yang banyak menggunakan kertas dan tenaga manusia yang hasilnya belum tentu
akurat seperti penggunaan Teknologi Informasi. Maka dari itu dilihat dari
tingkat efisiensi dan keakuratan data maka penggunaan Teknologi Informasi dalam
Proses Pengawasan Kantor dapat meningkatkan kedisiplinan pegawai
Berdasarkan penjelasan di
atas, penulis mengangkat Judul “ Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Proses
Pengawasan Kinerja Pegawai di Kantor”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah diperoleh beberapa permasalahan diantaranya:
1.
Apakah pengertian dari Pengawasan Kantor?
2.
Apakah pengertian dari Teknologi Informasi?
3.
Apa saja tujuan dari Pengawasan Kantor?
4.
Apa saja metoda-metoda dalam proses Pengawasan Kantor?
5.
Apa
saja permasalahan yang timbul dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dalam proses
pengawsan kinerja Pegawai di Kantor?
6.
Bagaimana pemanfaatan Teknologi Inforamsi dalam proses
Pengawasan Kantor?
1.3 Manfaat dan Tujuan
1. Mengetahui dan Memahami pengertian pengawasan kantor.
2. Mengetahui dan Memahami Teknologi Informasi.
3. Mengetahui dan Memahami mengenai tujuan dari Pengawasan Kantor.
4. Mengetahui dan Memahami mengenai metoda-metoda Pengawasan Kantor.
5. Dapat menyelesaikan permasalahan mengenai pemanfaatan Teknologi Informasi dalam proses pengawsan
kinerja Pegawai di Kantor.
6. Mengetahui dan Memahami bagaimana pemanfaatan Teknologi Inforamsi dalam
proses Pengawasan Kantor.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Kantor Modern
2.1.1 Manajemen Kantor
Secara
etimologis Kantor berasal dari Bahasa
Belanda yakni “kantoor”, yang artinya: ruang tempat bekerja, tempat kedudukan
pimpinan, jawatan instansi dan sebagainya. Secara singkatnya dapat dikatakan
bahwa kantor adalah tempat orang-orang melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan berbagai pelayanan, keterangan untuk diberikan pada yang membutuhkannya.
Pendapat dari Arthur
Grager mengenai Manajemen Kantor “Office
management is the function of administering the communication and record
service of an organization.” (Manajemen
kantor sebagai fungsi dari tata penyelenggaraan terhadap komunikasi dan
pelayanan arsip dalam suatu organisasi)
Pendapat dari George Terry “Office management
can be defined as the planning, controlling, and organizing of office work, and
actuating those performing is so as to achieve the predetermined objective. It
deals with the life cycle of business information, and retention, if of
permanent value, of destruction if obsolute.” (Manajemen Kantor dapat didefinisikan sebagai perencanaan,
pengawasan dan pengendalian dari kegiatan kantor serta menggerakan orang-orang
didalamnya untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Hal ini berkaitan dengan daur hidup informasi bisnis yang berupa data dan
keterangan perusahaan dari sejak penciptaannya, melalui pemeliharaan, penyebaran, dan penyimpanannya kalau memiliki nilai tetap
atau pemusnahannya kalau usang.)
Perumusan Edwin Robinson “Office management
is concerned with the direction and supervision of office work. ”
(Manajemen kantor berhubungan dengan pengarahan dan pengawasan
terhadap pekerjaan kantor.).
Perumusan William Spriegel & Ernest Davies “Office
management is the overall direction of clerical activities as distinguished
such activities as transportation, manufacturing, warehousing, and sales.”
(Manajemen Kantor merupakan pengarahan secara menyeluruh
terhadap kegiatan-kegiatan tulis menulis sebagaimana dibedakan dari kegiatan-kegiatan seperti pengangkutan, kepabrikan,
pergudangan dan penjualan).
Setelah mengetaui penjelasan dari
beberapa ahli, (Gie, 2009) kemudian mengemukakan pendapatnya mengenai manajemen perkantoran.
Dikatakannya: “Dengan demikian, pada pokoknya manajemen perkantoran merupakan
rangkaian aktivitas merencanakan, mengorganisasikan (mengatur dan menyusun),
mengarahkan (memberikan arah dan petunjuk), mengawasi, dan mengendalikan
(melakukan kontrol) sampai menyelenggarakan secara tertib sesuatu hal. Hal atau
sasaran yang terkena oleh rangkaian kegiatan itu pada umumnya ialah office
work (pekerjaan perkantoran)“. Dari berbagai rumusan mengenai
manajemen perkantoran jelas yang terkandung di dalamnya meliputi rangkaian
kegiatan:
1.
tata penyelenggaraan;
2.
pelaksanaan secara efisien;
3.
pengendalian, pengawasan dan
pengarahan;
4.
perencanaan, pengendalian,
pengorganisasian, dan
5.
penggerakan.
Dapat disimpulkan berdasarkan pendapat diatas bahwa Manajemen Kantor adalah
segala aktivitas yang berhubungan dengan tulis menulis, perencanaan,
pengawasan, pengendalian dan penyelenggaraan kegiatan kantor secara tertib agar
tercapainya tujuan organisasi.
2.1.2 Manajemen Modern
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2017) mengartikan perkataan modern
dengan “terbaru” “mutakhir”, “sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai
dengan tuntutan zaman”. Berkaitan dengan kantor, hal tersebut menggambarkan bahwa kantor
memiliki sifat, sikap dan cara berpikir
serta bertindak sebagaimana disebutkan dalam istilah modern adalah berkenaan
dengan penanganan data/informasi. Salah satu ciri dari Kantor Modern adalah memiliki bangunan dan tata ruang
yang baik, menggunakan alat dan perlengkapan yang tepat sesuai kebutuhan, pegawai
yang memiliki tingkat disiplin tinggi, bersikap profesional sesuai dengan
tuntutan zaman. Kantor modern juga mendayagunakan
biaya, menerapkan tata laksana yang demokratis, efektif, efisien, produktif,
berkeadilan, dan perlakuan manusiawi.
Geoffry Mills dkk (1990) mengatakan bahwa teknologi baru terus mengalami
kemajuan, terutama dalam bidang “komunikasi dan pengelolaan data”. Perkantoran modern identic dengan gedung
yang megah dan Segala kegiatan kantor serba menggunakan computer berteknologi
tinggi. Pemaparan dari (Soetrisno & Renaldi, 2006) mengenai Berbagai keuntungan dapat diperoleh apabila
seluruh kegiatan dilakukan
dengan sistem komputer, khususnya keuntungan
dalam
hal kecepatan, kecermatan, keterhandalan, keterkinian, komunikasi dan
pemrosesan data. Namun beberapa hal juga perlu di perhatikan yakni mengenai gangguan yang akan timbul
terhadap sistem yang digunakan
Semakin modern
suatu kantor maka sifat dan cakupan kegiatannya sangat luas bahkan sampai
menglobal, maka dari itu semakin modern suatu kantor semakin banyak informasi
yang dapat diakses, dan semakin bersar pula peluang yang dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan organisasi. Dibalik keuntungan tersebut perlu diwaspadai
mengenai berbagai kemungkinan pengaruh negative global yang bisa mengacaukan
penglolaan informasi.
2.2 Teknologi Informasi
Perkembangan
teknologi sangatlah berkembang dengan pesat, kebutuhan akan teknologi bagi
manusia tidak bisa dipungkiri Karena setiap aktivitas pada abad ini selalu
berhubungan dengan teknologi. Setiap individu kini mampu mengakses segala
informasi yang mereka perlukan hanya dengan browsing
di internet. Informasi dari segala penjuru dunia tersaji lengkap di
internet
Pengertian Teknologi Informasi menurut
(Amalia, 2010) adalah Adanya hubungan yang positif namun tidak signifikan antara faktor
sosial, perasaan pengguna(affect), konsekuensi jangka panjang dan kesesuaian
tugas dalam pemanfaatan teknologi informasi
terhadap kinerja individual sedangkan kondisi yang memfasilitasi berpengaruh positif signifikan serta
hubungan yang negatif signifikan antara
kompleksitas dalam pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja individual.
2.3 Manfaat Teknologi Informasi
Teknologi informasi meliputi komputer
(mainframe, mini, micro), perangkat lunak (software), database, jaringan
(internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan
dengan teknologi (Wilkinson et al., 2000 dalam Arfianti, 2011).
Komputer sebagai pengawas baru dalam perkantoran
modern. Menurut
Glover (2000), lebih dari 80% perusahaan di A.S. memonitor penggunaan internet
dan email pekerjanya yang menggunakan komputer perusahaan. Hal ini didasari
adanya kenyataan bahwa penggunaan internet untuk keperluan pribadi lebih kurang
6 jam dalam seminggu. Komputer juga dapat digunakan untuk mengontrol penyelesaian
pekerjaan seorang pegawai dalam penyelesaian dalam transaksi yang menggunakan
sistem terintegrasi (Nebeker dan Tatum, 1993), yang membuat manajer bisa
menganalisis kemacetan penanganan pelanggan terjadi pada bagian atau pegawai
mana, sehingga penanganan bisa cepat dilakukan.
Pemanfaatan teknologi informasi mencakup
adanya (Hamzah, 2009 dalam Winidyaningrum, 2010) :
a.
Pengolahan data,
pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik, dan
b. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar
pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat.
2.4 Pengawasan Kinerja Pegawai
(Handoko T. H., 2004) Pengawasan
adalah kegiatan yang membanding-kan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan
dengan kriteria norma standar atau rencana-rencana yang ditetapkan (Handoko,
2004).
(Silalahi, 2002) Pengawasan adalah
salah satu dari fungsi manajemen yang mempunyai hubungan erat dengan
fungsi-fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan.fungsi
kegiatan perencanaan mewarnai dan mempengaruhi kegiatan pengawasan sedangkan
pengawasan yang efektif memberi umpan balik atau feed back untuk perencanaan mengenai hal-hal yang berkaitan degan
perubahan-perubahan standard an input yang tidak sesuai.
Tujuan pengawasan menurut (Handayaningrat, 1996) adalah agar hasil
pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara daya guna (efisien) dan hasil guna
(efektif) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
(Ruky, 2002) Dalam Bahasa Inggris
Performance atau Prestasi Kerja atau
disebut Juga sebagai kinerja. Pada
prinsipnya, ada istilah lain yang lebih menggambarkan pada “prestasi” dalam
bahasa Inggris yaitu kata “achievement”. Tetapi karena kata tersebut
berasal dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”, maka dalam
bahasa Indonesia sering diartikan menjadi “pencapaian” atau “apa yang dicapai” . Miner
(1990) mengemukakan secara umum empat aspek
dari
kinerja, yaitu sebagai berikut :
a. Kualitas
yang dihasilkan, menerangkan jumlah kesalahan, waktu dan ketepatan dalam melakukan tugas.
b. Kuantitas
yang dihasilkan, berkenan dengan berapa jumlah produk atau jasa yang dapat dihasilkan.
c. Waktu
kerja, menerangkan tentang jumlah absen, keterlambatan, serta masa kerja yang telah dijalani individu
pegawai tersebut.
d. Kerja
sama, menerangkan akan bagaimana individu membantu atau menghambat dari teman sekerjanya.
2.4.1 Proses Pengawasan
Pemaparan dari (Handoko T. H., 2003) mengenai proses pengawasan biasanya terdiri paling sedikit lima
tahap, yaitu :
1.
Penetapan Standar
Standar mengandung arti sebagai suatu pengukuran yang
dapat digunakan sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran,
kuota dan target pelaksanan dapat digunakan sebagai standar.
2.
Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai
berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap
kedua dalam pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara
tepat.
3.
Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring
ditentukan, pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang
dan terus-menerus.
4.
Pembandingan pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan Tahap kritis dari proses pengawasan
adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau
standar yang telah ditetapkan. Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan,
tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat menginterpretasikan adanya
penyimpangan (deviasi).
5.
Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan
koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam
berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya
dilakukan bersamaan.
2.5 Metoda-Metoda Dalam Proses Pengawasan
Proses
pengawasan harus dilakukan secara benar dan adil sehingga akan tercapai tujuan
organisasi, maka dari itu dibutuhkan metoda-metoda pengawasan. Metoda -metoda
dalam pengawasan terbagi kedalam 3 metoda yakni:
1. Pengawasan
Kualitas
2. Pengawasan
Kuantitas
3. Pengawasan
Alternatif
2.5.1 Pengawasan Kualitas
Sama halnya dengan tujuan dari pengawasan kantor, suatu
organisasi melakukan pengawasan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
sebuah kegiatan kantor pada rentan waktu yang sudah ditentukan. Untuk memperoleh
pengukuran yang baik, evaluasi harus berdasarkan data yang akurat. Pengawasan
terhadap kualitas mencangkup evaluasi agar tujuan yang ditetapkan dapat
tercapai.
Beberapa cara atau teknik yang dapat
dilakukan dalam melakukan pengawasan kualitas (leonard dan Hilgert (2004)
adalah:
1.
Inspeksi
total, berupa pengecekan menyeluruh terhadap seluruh unit kerja atau tugas yang
dilakukan oleh pegawai dan menjelaskan apakah standar kualitas minimum sudah
tercapai dan bila belum bagaimana memperbaikinya. Misalnya, dengan melakukan
pengecekan ulang terhadap hasil pengetikan suatu proposal apakah sesuai dengan
kaidah EYD atau penghitungan ulang terhadap tagihan yang akan dikirimkan ke
pelanggan. Namun teknik ini kurang efektif jika frekuensinya terlalu sering,
apalagi tanpa alasan yang kuat; karena pegawai akan merasa terlalu diawasi
sehingga membuat suasana kerja tidak kondusif;
2.
Pengecekan
pada area tertentu, dilakukan melalui pengecekan kinerja pegawai di
suatu departemen atau divisi tertentu, seperti departemen keuangan, yang
dilakukan secara periodik. Penggunaan komponen statistik akan menambah
validitas data yang diperoleh dalam fungsi pengawasan;
3.
Pengontrolan
kualitas dengan statistik. Apabila inspeksi total belum diperlukan dan
pengecekan pada divisi tertentu akurat, manajer dapat menggunakan teknik ini dengan
memakai data yang berbasis sampel yang dipilih untuk menjamin validitas dan
reliabilitas hasil pengukuran;
4.
Kesalahan
Nihil, merupakan teknik pencegahan terhadap
potensi kesalahan yang dilakukan oleh pegawai sejak pertama kali mengerjakan
tugasnya. Hal ini juga dapat memotivasi pegawai untuk selalu bebas dari
kesalahan. Teknik ini diterapkan, mereka seyogyanya diberikan imbalan yang
setimpal atas tiadanya kesalahan yang dilakukan dan peningkatan kinerja yang
telah dilakukan.
2.5.2 Pengawasan Kuantitas
Untuk memulai pengontrolan,
hendaknya organisasi mulai dengan mengumpulkan data aktivitas di kantor dan
dijadikan dasar untuk penetapan standar kualitas. Pengukuran ini didesain untuk
mendefinisikan dan menggambarkan apa yang diharapkan dari pelaksanaan sebuah
kerja, baik dari pegawai maupun dari pihak organisasi. Seperti biasanya, dari
waktu ke waktu volume pekerjaan berfluktuasi. Ketersediaan data yang terukur
akan menjadi informasi yang berguna bagi pengelolaan kerja, terutama bagi
pekerjaan yang berfluktuasi.
Mengontrol Fluktuasi
Untuk mengontrol fluktuasi pekerjaan
kantor, beberapa tindakan yang dapat dilakaukan (Quible, 2001 dan Odgers, 2005)
antara lain;
1.
Overtime, banyak
perusahaan yang menambah jam kerja (lembur) untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan deadline yang terbatas atau karena volume pekerjaan yang menumpuk.
Misalnya, banyak pekerjaan di organisasi atau bank akan meningkat volumenya
menjelang akhir tahun (tutup buku), karena adanya keharusan untuk
mempertanggung jawabkan dengan kinerjanya kepada stakeholders. Walaupun
hal ini dapat di antisipasi dengan menyusun laporan secara periodik, namun
fenomena ini tidak dapat dihindari. Untuk itu, manajer harus menyadari adanya
potensi penurunan produktivitas jika terdapat penambahan jam kerja bagi pegawai
karena rasa lelah yang menyertainya.
2.
Temporary
help. Jika
penambahan jam kerja kuran memadai atau kurang tepat dilakukan, pemakaian
tenaga temporer dalam menghadapi peak season dapat dilakukan. Dapat
dibayangkan jika Matahari deparment store menghadapi musim lebaran atau liburan
akan dibanjiri konsumen yang berbelanja. Solusi yang paling tepat adalah dengan
mengangkat tenaga temporer dengan durasi kerja sepanjang peak season
yang diperkirakan akan terjadi.
3.
Part-timer
help. Jika
fluktuasi terjadi secara reguler, menyewa tenaga paruh waktu juga dapat
dilakukan. Misalnya, pada ruang baca FE UNAIR yang mempunya jam kerja panjang
(7.00-19.00) akan membutuhkan tenaga paruh waktu yang membantu dalam melayani
mahasiswa antara pukul 16.00 – 19.00.
4.
Floating
work unit. Beberapa organisasi telah mengembangkan unit kerja yang akan dipakai jika
mereka memang diperlukan dalam penyelesaian proyek dengan volume kerja yang
tinggi atau time limit yang terbatas.
5.
Cycle
billing. Banyak organisasi yang mempunyai jumlah pelanggan yang besar
mengimplementasikan teknik ini untuk mengurangi antrian layanan yang akan
dilakukan. Misalnya, pada bank BNI di loket pembayaran listrik akan dibagi
per-kelurahan dengan waktu layan yang berbeda. Kelurahan Airlangga dan Gubeng
di surabaya akan dilayani pada tanggal 1-10 setiap bulannya, dan
kelurahan-kelurahan lainnya pada tanggal yang lain untuk mengurangi antrian
layanan, mengingat kecenderungan sebagian besar pelanggan PLN akan membayar
mendekati deadline pembayaran yang ditentukan.
2.5.3 Pengawasan Alternatif
Beberapa isu strategis perlu
dipertimbangkan oleh manajer dalam melaksanakan fungsi pengawasan, seperti
tujuan dari pelaksanaan, seperti tujuan dari pelaksanaan kontrol, kepercayaan
terhadap sistem kontrol, sikap manajer dan pegawai, frekuensi pelaksanaan, dan
sumber juga data yang digunakan untuk pengawasan. Selain jenis pengawasan di
atas, Cascio (2003) juga mengajukan dua metode pengawasan alternatif, yaitu:
1.
Behaviour-oriented
rating methods, yang merupakan metode penilaian kinerja yang
berorientasi pada perilaku pegawai, dengan membandingkan kinerja karyawan yang
satu dengan yang lain. Ada 4 teknik yang dapat digunakan:
a)
Teknik deskripsi. Penilai memberikan deskripsi
terhadap bawahannya mengenai kekuatan, kelemahan, dan potensi dari pegawai yang
dinilai. Namun sistem ini reliabilitasnya kurang, mengingat setiap penilai
mempunyai penekanan dan subjektivitas tersendiri terhadap masing-masing pegawai.
b)
Teknik rangking, dengan menyebutkan pegawai mana yang
berkinerja paling bagus, dan seterusnya. Pemberian rangking ini bisa melibatkan
tim penilai atau dari masing-masing supervisor.
c)
Behavioral checklist, yaitu teknik yang menyediakan
daftar perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan, dan tugas penilai adalah
memilih pernyataan mana yang sesuai dengan kondisi kinerja pegawai. Biasanya
teknik ini menggunakan skala Likert untuk mendeskripsikan kinerja seorang
pegawai, dan Stockford dan Bissel (1949) menyatakan bahwa teknik ini lebih
dapat diandalkan dibandingkan teknik evaluatif (baik buruk). Tabel 9-1
mengilustrasikan teknik ini.
Tabel contoh behavioral checklist
d) Teknik skala
penilaian secara grafis, yang relatif banyak digunakan pada organisasi atau
perusahaan (landy dan Rastegary, 1988). Walaupun teknik ini kurang detail,
namun mudah digunakan dalam waktu yang singkat. Teknik ini juga mudah untuk di
analisis secara kuantitatif, dan banyak tim penilai lebih dapat menerima karena
reliabilitas dan validitasnya relatif teruji (Cascio, 1996).
Tabel contoh skala penilaian secara grafis
e) Behavioral
anchored rating scales (BARS), merupakan variasi dari teknik sebelumnya.
Keuntungan utama dari teknik ini adalah adanya pendeskripsian perilaku mana
yang dapat dikategorikan sebagai prestasi kerja yang memuaskan, sedang-sedang
saja, dan kurang memuaskan. Namun teknik ini membutuhkan usaha yang lebih
banyak untuk mengembangkan skala yang dapat diterima oleh semua pihak.
2. Results-oriented rating methods, merupakan
metode yang menitik beratkan
pada hasil dari kerja yang dibebankan kepada pegawai. Ada 2 teknik yang dapat
digunakan, yaitu:
a.
Management
by objectives, yang didasarkan pada penetapan tujuan bagi
organisasi secara keseluruhan, bagi masing-masing departemen atau divisi,
maupun masing-masing pegawai. Teknik ini tidak mengukur perilaku pegawai, namun
kontribusi mereka terhadap organisasi (campbell, dunnette, lawler dan weick,
1970). Sebelum menentukan tujuan, manajer harus mendiskusikan tujuan umum apa
yang akan dicapai untuk periode waktu tertentu (tiap kwartal, semester, atau
tahunan). Selanjutnya pembuatan rencana mengenai bagaimana dan kapan
tujuan tersebut akan tercapai, dan terakhir persetujuan mengenai kapan akan
dimulainya upaya tersebut.
b.
Work
planning and review, menitikberatkan pada periodisitas penilaian rencana
kerja oleh tim penilai dan bawahan untuk mengidentifikasi tujuan yang tercapai,
masalah yang harus dipecahkan, dan training yang diperlukan (meyer, kay, dan
french, 1965).
Setelah
mengetahui mengenai metoda-metoda apa saja yang harus dilakukan dalam
pengawasan kinerja pegawai. Dalam proses pelaksanaannya pastilah terdapat
masalah yang timbul, maka dari itu haruslah diberikan solusi dalam
penyelesaiannya. Suatu bidang yang berhubugan dengan Proses Pengawasan adalah
turun naiknya pekerjaan kantor. Dalam kebanyakan kantor volume pekerjaan adalah
sangat besar selama bebrapa periode dan sebaliknyasangat sediki selama
periode-periode lainnya. Hal seperti ini merupakan sifat umum pekerjaan kantor
yang dapat menyulitkan dalam proses pengawasan. Untuk memberikan efektifitas
proses pengawasan ketika terjadi turun naiknya pekerjaan kantor. (Moekijat, 2002) menjelaskan mengenai
beberapa asas yang perlu diperhatikan dalam mengawasi turun naiknya pekerjaan kantor:
a. Pengawasan harus
membantu menyelesaikan pekerjaan. Pengawasan merupakan bagian proses manajemen
yang dilakukan untuk menyelesaikan pekrjaan tertentu. Kegiatan pengawasan harus
dipilij dan digunakan atas dasar pencapaian tujuan.
b. Semua kegiatan
pengawasan harus dikoordinasikan dengan seksama, sehingga dicapai kesatuan dan
kegiatan tumpang tindih (Overlapping Efforts) yang sifatnya memboroskan yang
minimum. Pengawasan ini seharusnya tidak diberikan kepada pegawai perseorangan
namun baiknya mengadakan pengawasan dibawah satu orang atau suatu bagian yang
ditunjuk untuk mengurusi fungsi ini.
c. Semua pegawai
harus sadar bahwa pengawasan sebagai sarana untuk membantu pegawai. Pengawasan
disini haruslah yang bersifat membantu.
d. Data mengenai pegawai,
mesin, prosedur haruslah diketahui. Pengawasan yang baik dapat dilakukan dengan
adanya informasi yang lengkap dan akurat.
e. Pekerjaan harus
dinyatakan dalam satuan-satuan yang dapat terukur
f. Harus ada
pengetahuan tentang standar-standar waktu untuk semua pekerjaan yang penting
dalam kantor.
g. Kejelasan
mengenai prosedur kerja.
h. Harus ada
komunikasi yang seksama antara pengawas dengan pegawai yang diawasai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perenapan
Teknologi Informasi dalam Proses Pengawasan Kinerja Pegawai sangatlah baik dan
dapat meningkatkan proses pengawasan terhadap
kinerja pegawai. Peran komputer dan teknologi
komunikasi diyakini mampu meningkatkan proses pengawasan kinerja pegawai dan
meningkatkan produktivitas kerja dengan tingkat
akurasi, kecepatan dan kemudahan yang tinggi. Penggunaan aplikasi komputer yang
merupakan ringkasan Sistem Informasi Manajemen kini banyak diterapkan di
kantor-kantor pemerintah maupun swasta dengan sistem database yang kompleks dan
terintegrasi sehingga peningkatatan produktivitas kerja pegawai meningkat
sangat signifikan.
3.2 Saran
Dari pembahasan yang telah
dipaparkan diatas maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah hendaknya
setiap organisasi atau kantor memanfaatkan perkembangan teknologi pada masa
sekarang dengan sebaik-baiknya salah satunya ialah menerapkan sistem teknologi
informasi dalam proses pengawasan kinerja pegawai sebagai contoh penggunaan komputer
dengan jaringan internet dalam proses memonitoring pegawai, penggunaan CCTV
dalam memonitoring setiap sudut ruangan di kantor dan menggunakan aplikasi Finger Print dalam proses mengawasi
kehadiran pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, S. (2010). Persepsi Pegawai Pajak Terhadap
Pemanfaatan Teknologi Informasi Kinerja Individual. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro.
Gie, T. L. (2009). Administrasi Perkantoran
Modern. Yogyakarta: Liberty.
Handayaningrat, S. (1996). Pengantar Studi Ilmu
Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Gunung Agung.
Handoko, T. H. (2003). Manajemen. Yogyakarta:
BPFE.
Handoko, T. H. (2004). Manajemen Personalia dan
Sumber daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Moekijat. (2002). Tata Laksana Kantor Manajemen Perkantoran.
Bandung: Mandar Maju.
Ruky, A. S. (2002). Sistem Manajemen Kinerja.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Silalahi, U. (2002). Studi tentang Ilmu
Administrasi Konsep, Teori dan Dimensi. Bandung: Sinar Baru.
Soetrisno, & Renaldi, B. (2006). Manajemen
Perkantoran Modern: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Gol III.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Suyatna, R. (2012, June 9). Pengaruh Penerapan
Teknologi Informasi dalam Manajemen Perkantoran Modern terhadap Produktivitas
Kerja Pegawai. Retrieved from Rahmat Suyatna's Blog:
https://suyatnar.wordpress.com/2012/06/09/teknologi/
0 komentar